akhirnya pertemuan itu di Abraj
seorang tua dikelilingi
para pembawa nostalgia
setiap seorang
seperti nyala pelita
menerangkan yang hampir gelap
namun serentak menayangkan bayang-bayang
di kelir fakir
ada angin rindu bertiup
dari kalbu
bahang Makkah menyusut
seperti dihembus sepoi-sepoi bahasa
di wakafan di-Raja, Kampung Jawa
berlapan mereka bercerita tentang pepohon
yang tumbuh daripada benih-benih marhaen di situ
dipupuk kesungguhan dan takwa
mengharapkan keredhaan Azzawajalla
pohon-pohon itu memuncak rimbun
berbunga mekar berbuah segar
merentas musim
meskipun hanya di hujung tanjung
ke tengah gelora
ada yang tumbang di ambang
bersama kecekalan pahlawan
ada yang rendang di puncak
sampai semua nampak
tetapi seperti di sini
banyak cabaran menanti
semoga dizinkan-Nya lagi
kita bertemu
anakanda-anakanda
(Catatan di Abraj Al-Janadiriyah, Makkah)
No comments:
Post a Comment